Abstract:
·
Tujuan
: Penelitian ini berusaha untuk
mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pengetahuan, yang
merupakan budaya organisasi. Masalah utama
adalah menilai pentingnya budaya organisasi dalam suatu perusahaan dan
untuk memastikan bahwa kegiatan pengetahuan tepat pada perusahaan tersebut.
·
Desain : Sebuah survei empiris dilakukan di 154
perusahaan Taiwan untuk menyelidiki pemahaman tentang budaya organisasi,
menentukan enabler dan hambatan untuk melaksanakan kegiatan pengetahuan.
·
Temuan : Disarankan bahwa perusahaan harus mengadopsi
budaya kewirausahaan bila membuat kegiatan pengetahuan.
·
Keterbatasan Penelitian
/ implikasi : Karena itu adalah surat massal dari panjang, buta
survei agak ke manajer sibuk, tingkat respons diyakini rendah. Meskipun
demikian, karena laju respon yang rendah, sifat umum dari menemukan agak
dalam pertanyaan, dan penting bahwa penelitian akan direplikasi di Taiwan.
·
Implikasi Praktis -
Kesadaran versus internal fokus eksternal organisasi akan membuat organisasi
lebih atau kurang menyadari adopsi dalam upaya budaya organisasi dan baik
lebih atau kurang kondusif untuk melaksanakan kegiatan pengetahuan.
·
Keaslian / nilai - poin Studi ini keluar perlunya
pertimbangan budaya ketika kegiatan pengetahuan diterapkan yang mungkin tidak
sesuai dengan budaya yang ada. Such organizations can benefit from
understanding culture's role in knowledge activities implementation.
organisasi tersebut dapat manfaat dari peran pemahaman budaya dalam pelaksanaan
kegiatan pengetahuan.
|
Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi faktor-faktor yang berdampak pada aktivitas pengetahuan dimana kultur organisasi banyak mengadopsi program management pengetahuan. Problem
utama yang harus investigasi adalah untuk
mengakses pentingnya budaya organisasi didalam usaha dan menemukan bagaimana
memastikan aktivitas pengetahuan dapat berjalan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan yang benar didalam usaha.
Literatur review
- Budaya
organisasional
Knapp, et
al.(1998) mengemukakan tentang kinerja organisasi tergantung pengaruh value
didalam kultur yang di-sharingkan dan kekuatan pengaruhnya .Scholz (1987) meng-klaim bahwa kultur organisasi berhubungan dengan
kinerja dan dasar dalam aturan perceived dimana kultur dapat bermain
dalam meng-generate competitive advantage.Krefting dan Frost (1985)
menyarankan sikap didalam kultur organisasi dapat membuat competitive
advantage dengan mendefinisikan secara terpisah organisasi didalam kondisi
interaksi individual dengan keterbatasan ruang lingkung proses informasi
dilevel yang suitable.Teori juga mengargumentasikan bahwa competitive
advantage terjadi dari kreasi kompetensi organisasi dimana keduanya
superior dan imperfect imitasi oleh kompetitor (Reed dan Defillippi,
1990).
- Aktifitas pengetahuan
Gunnlaugsdottir (2003) mengemukakan
bahwa knowledge adalah competitive advantage yang penting untuk
banyak organisasi. Meningkatkan kompetisi, kontinyunitas perubahan dan merger
di industri, dengan demikian, membuat risiko kehilangan valuable knowledge
karena transfer atau termination pegawai, problem nyatanya (Gunlaugsdottir,
2003). Tujuan dari knowled activities di orgnisasi adalah memastikan
pertumbuhan dan kontinyunitas kinerja dengan proteksi knowledge yang
kritikal pada semua level, mengaplikasikan knowledge yang sekarang di
segala kondisi, kombinasi knowledge didalam sinergi, acquire relevan
knowledge secara kontinyu dan pengembangan knowledge baru melalui
pembelajaran kontinyu untuk membangun pengalaman internal dan external
knowledge (Bour dreau dan Couillard, 1999).Berztiss, et al. (2001) mengemukakan untuk kegiatan knowledge dapat
dibagi menjadi 4 bidang yaitu: transferring, diffusing, storaging dan innovating
dari domain knowledge.- Knowledge transferring merefer
pada identifikasi dan akuisisi dari knowledge baik melalui eksploitasi,
eksplorasi atau pengkodean (Manor dan Schulz, 2001).Knowledge difussing
merefer kepada flow dari knowledge dari satu bagian organisasi ke
bagian lainnya.Knowledge Sturaging merefer pada artikulasi dari tacit
knowledge kedalam format-format sesuai formula, manual atau dokumentasi
bahwa semua adalah komprehensif dan aksesible ke yang lain (Marwick,
2001).Knowledge innovating merefer kepada penemuan dari existing
knowledge kedalam knowledge yang baru untuk improvement dalam
efficiency dan efektivitas.Knowledge activity dapat dilihat sebagai
aktuators simulasi pengembangan untuk achievement visi dan idealnya
melalui identifikasi knowledge
- Budaya
organisasional dan aktifitas pengetahuan
Davenport
dan Prusak (1998) menyatakan interaksi usaha dengan lingkungannya yang mengabsorb
informasi, memutar knowledge dan mengambil langkah didasarkan pada
kombinasi pengalaman, value dan internal rules.Ndela dan Toit
(2001) menyatakan perlu pertimbangan ketika mengintroduce aktivitas baru
knowledge, karena dampak dari bagaimana usaha diterima pada sebuah
periode waktu.Membuat kultur knowledge friendly, satu dari banyak faktor
crucial dari kesuksesan untuk knowledge activities yang amat
sangat sulit karena membutuhkan kekuatan kepemimpinan dan perubahan dari attitudes
dan behaviors (Lin dan Lee, 2004).
Metodologi
Riset dan hipotesis
Survai empiris terhadap 154
perusahaan di Taiwan untuk mengetahui organisasi kultur, determinasi power of authority dan hambatan yang
dihadapi.
Ø Model penelitian:
Ø Partisipan 1010 senior manager diseleksi dari 2000 perusahaan besar di
Taiwan.
Ø Respon rate 15,25%, perkiraan 48% partisipan
adalah: manufaktur, financial aircles (18%), telekomunikasi (8%) dan
lain-lain seperti real estate, konstruksi dan transportasi.
Ø Kebanyakan perusahaan mempunyai 1000 pegawai (40%), antara 500 dan 1000
(23%), antara 100 dan 500 (22%) dan kurang dari 100 (15%).
Ø Hipotesis yang diajukan adalah:
1. Enterpreneurial
culture toward knowledge activities:
H1 = Enterpreneurial culture will
positively affect knowledge activities.
2. Task-Goal-accomplished
culture toward knowledge activities:
H2 = Task-goal-accomplished
culture will negatively affect knowledge activities.
3. Smooth-running
culture toward knowledge activities
H3 =
Smooth-running culture will negatively knowledge activities.
Ø Pengukuran:
Menggunakan skala likert dari 1 – 7 (disagree strongly-agree strongly).
Deskriptif
statistik menggunakan program AMOS 5.0
Konstruk
didefinisikan sebagai berikut:
Model
pengukuran diperoleh hasil sebagai berikut:
D. Hasil
Usaha
harus mengadopsi kultur enterpreneur ketika meng-establishkan knowledge
activities.
E. Implikasi Praktis
Respon rate sangat rendah sehingga generalisasi susah dilakukan
dan harus dilakukan uji penelitian yang replicate di Taiwan.
Kepedulian terhadap external vs internal focus organisasi akan membuat
organisasi lebih atau kurang dalam mengadopsi kultur organisasi dari effortnya
dan lebih atau kurang kondusif dalam mengimplementasikan knowledge
activitas-nya.
..
Hasil korelasi dengan program AMOS 5.0 adalah sebagai berikut:
F. Kesimpulan
Running
knowledge activities adalah sangat penting dalam kesuksesan.
Integrated
KMS (Clay, et al, 2005) menghubungkan pegawai satu dengan yang lain baik
supplier dan CIF (Yu, et al.,2004b) akan mengembangkan forecast market
untuk produk baru.
Sharing
knowledge adalah sulit untuk ditingkatkan atau diabaikan dan sebagai
hasilnya mempunyai faktor eksternal, fokus proaktif, dan kultur inovasi dalam
eksplorasi organisasi knowledge management dan aktivitas ini akan
meningkatkan nilai kompetitifnya.
IT bukan
merupakan garansi dalam kualitas knowledge.
Sinergi
dari knowledge diperlukan sebagai sebuah kultur dan budaya organisasi.
KMP
(Knowledge Management Program) harus dilanjutkan untuk dikembangkan